KEBENARAN DILIHAT MELALUI EKSPRESI ZAMAN

Dunia harus digerakkan dengan berbagai macam inovasi. Bergantinya peran manusia dengan mesin merubah tatanan dunia. Jika, manusia tidak meningkatkan kreasinya, maka ruang bagi manusia hanya tersedia untuk saling menuding dan bermusuhan satu sama lain. Ketika, ruang-ruang ekpresi diisi oleh mesin, apakah patut ruang ghibah dan saling mengumpat diisi oleh manusia.

Kebaikan dan kebenaran berbeda. Baik belum tentu benar, dan benar sudah tentu membawa kebaikan. Kebaikan dengan segala prilakunya tidak pernah beriringan dengan masa. Kebaikan terbangun sejak sifat baik itu dilakukan. Berbeda dengan kebenaran, kebenaran akan berjalan sesuai dengan masa yang mengitari kehidupan sesuai dengan kemampuan manusia berpikir memahami zamannya.

Apa yang dulu diketahui benar tetapi hari ini tidak baik lagi dilakukan. Membajak sawah dengan menggunakan tenaga kerbau itu baik, tetapi tidak benar lagi dilakukan oleh manusia disaat teknologi pertanian hadir dengan sangat masif. Bahkan, hari ini bukan alat membajak sawah saja,  tapi telah diciptakan berbagai macam jenis alat seperti mesin tanam, mesin potong beserta perontoknya, dan berbagai macam jenis alat-alat lainnya.

Kebaikan dan kebenaran tidak hanya dilihat pada alat-alat kerja yang diciptakan manusia, melainkan terkait dengan ilmu pengetahuan, sekalipun tidak terlepas dari nilai baik dan benar. Banyak ilmu-ilmu yang dulunya dianggap benar tetapi tidak baik lagi untuk diamalkan. Jika dipaksa sekalipun mengamalkan ilmu tersebut maka manusia tertinggal satu dekade, bahkan bisa tertinggal satu abad. Contoh sederhana; ilmu bagaimana menciptakan lampu teplok dengan bahan bakar minyak tanah, sungguh hari ini tidak diminati lagi sebab energi listrik dapat mengaliri cahaya dengan cepat melalui berbagai jenis lampu. 

Begitu juga dengan tenaga kerja manusia. Lahirnya alat-alat kerja yang digerakkan oleh mesin bukan hanya memindahkan pekerjaan, dari pekerjaan manusia ke pekerjaan mesin. Bahkan, pekerjaan tersebut tidak layak lagi dikerjakan oleh manusia. Sebagai contoh; penjaga pintu tol, tidak layak lagi menempatkan orang untuk menggerakkan portal dalam sehari semalam. Sebab, untuk menggerakkan pintu tol sudah dikerjakan oleh mesin.

Banyak lagi pekerjaan-pekerjaan yang sudah tidak layak lagi dikerjakan manusia di abad ini. Bukan berarti semua pelan-pelan mengakhiri peran manusia, melainkan membantu manusia untuk menjadi manusia. Mesin-mesin yang diciptakan dipahami oleh orang-orang sebagai pihak yang menciptakan pengangguran. Jika ini yang disimpulkan, maka perubahan dunia yang dihadapi generasi “z” tidak sebanding dengan perubahan pola pikirnya.

Dunia sangat cepat berubah, bahkan perubahan itu lebih cepat dari kesadaran manusia itu sendiri. Belum sempurna memahami sebagian penghuni bumi tentang satu teknologi telah muncul teknologi baru. Masyarakat yang tinggal di negara-negara berkembang ada yang tidak mengenal satu perubahan, mereka telah masuk ke perubahan berikutnya. Ada pengetahuan yang luput dari pikirannya, malah telah muncul pengetahuan baru. Kondisi seperti ini sering dialami oleh penghuni negara-negara ketiga.

B. R Tomlinson, menulis artikel dengan judul “what was the thirld world”, terminologi dunia ketiga digunakan pada Agustus 1952 oleh seorang ahli demografi sekaligus sejarawan ekonomi Prancis Alfred Sauvy menjelaskan mengenai ketidakberdayaan negara-negara yang kala itu baru saja merdeka, yakni negara-negara kawasan Asia dan Afrika. Artikel tersebut menyimpulkan, negara dunia ketiga; seperti halnya Thirld Estate (yang merupakan bagian dari sejarah Prancis) telah diabaikan dan diremehkan, dan mereka ingin menjadi sesuatu.

Nabi Muhammad Saw jauh-jauh hari telah mengingat bahwa “antum a’lamu biumri dunyakum”, kamu lebih tahu tentang duniamu. Artinya, dunia ini berubah setiap generasinya, bahkan perubahan itu terjadi tidak menunggu lahir generasi berikutnya. Satu generasi sudah tidak menyadari bahwa hidupnya sudah melewati banyak perubahan, sementara pikirannya dalam memahami perubahan itu tidak pernah ditingkatkan. Dan saat ini perubahan itu terjadi dalam hitungan detik.

Alquran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari jenis laki-laki dan perempuan, serta dijadikannya bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dari jenisnya sendiri untuk saling mengenal satu sama lain. Kata “lita’arafu”, hanya disebutkan maknanya dengan saling mengenal, tanpa disebukan bagaimana cara manusia saling memperkenalkan dirinya.

Dunia yang begitu luas ini mencapai 510.072.000 km2 sangat jarak dan memerlukan waktu cukup lama bagi manusia untuk untuk saling melihat satu sama lain. Namun, dengan perubahan dunia yang sangat cepat manusia dengan adanya teknologi transportasi telah mampu bergerak dengan cepat. Media publik, dunia informatika melaui media komunikasi hari ini juga elah mengantar informasi lebih cepat dari gerak manusia walaupun tinggal di belahan dunia mana pun yang jaraknya sangatlah jauh.

Media publik seperti televisi, facebook, youtube, instagram, tweeter, blog, line, email, tiktok, dan berbagai macam jenis media publik lainnya seolah-olah media ini adalah tafsiran terbaru dari kata “lita’arafu” itu sendiri. Manusia hari ini tidak perlu lagi menunggu lama untuk saling memperkenalkan dirinya kepada dunia. Dalam waktu yang singkat masin-masing dapat mengantarkan pesan tentang dirinya dengan cepat.

Walaupun muncul pro dan kontra atas hadirnya media-media yang dapat mengirim gambar dan video dalam waktu yang singkat tersebut, namun nilai positif yang dapat ditangkap dari media publik adalah gerak perubahan secara cepat yang dialami manusia. Serta berlaku dalam berbagai momen dan lintas dimensi kehidupan. Melalui media informasi ini manusia saling memperkenalkan dirinya dengan skil masing-masing.

Banyak hal dalam hidup ini sesuatu yang dulunya baik dilakukan tetapi tidak benar lagi untuk diterapkan saat ini; seperti halnya cara kita mengelola pemerintahan di level mana pun, dengan arus informasi yang begitu cepat dan ilmu pengetahuan yang semakin canggih seharusnya cara berpikir juga semakin dipercepat untuk diterapkan. Sistem pengelolaan pemerintahan dengan menggunakan teknik  informatika dapat diterapkan untuk mendekatkan dan mempermudah pelayanan pelayanan publik. Kalo masih menggunakan cara manual tetap benar, tapi tidak lagi baik.

Sistem pengelolaan publik dengan menggunakan teknik informatika bukan hanya mendekatkan pelayanan kepada manusia tetapi juga membuka akses keterbukaan informasi yang sangat efektif, sehingga dengan sendirnya dapat dengan mudah mencegah kecurangan-kecurangan. Di sini, fungsi kontrol tidak perlu lagi oleh lembaga tertentu, sebab pablik sudah punya akses melihat data-datanya.

Bukan malah menggunakan sistem informatika untuk menutup akses sehingga dalam momen yang sifatnya kompetitif hak-hak pablik dibatasi dengan alasan sistem yang belum baik. Dan ini sering berlaku dalam urusan perekrutan pegawai di instansi tertentu. Pengumuman dibuka tetapi aksesnya dibatasi bahkan ditutup sama sekali.

Tentunya, cara-cara seperti itu sudah tidak baik lagi dilakukan, sebab melangkahi kebenaran zaman. Kelirunya dalam memahami perubahan zaman di bidang informatika adalah hidup dizaman serba maju dan terbuka dalam bidang apapun masih saja mau saling menipu dengan hal-hal yang sudah usang dimakan zaman. Memberi informasi tapi menutup akses itu ibarat politisi melakukan pencitraan padahal akses untuk membangun relasi dengannya ditutup. Kepu guna tho bak tajak tapi jioh bak tacok.

Perangkat dunia yang digunakan manusia hari ini membantu manusia untuk saling memperoleh akses. Dan ini adalah sistem yang benar lagi baik. Sudah saatnya manusia hari ini menemukan kebenaran sesuai dengan kaedah zamannya. Dalam konteks apa pun lebih-lebih lagi dalam konteks politik, terapkan cara-cara yang benar, sehingga kebaikan itu mengikuti zamannya. Jangan bodohi lagi orang-orang penuh harap dengan label kebaikan lama dan tidak pantas lagi dianggap benar untuk saat ini.

Informasi harus disampaikan dengan benar lagi baik. Media pablik sebagai perangkat manusia untuk mengenal diri dan saling memperkenalkan diri dalam konteks apa pun, dan tidak boleh digunakan untuk mengelabui manusia itu sendiri. Menggunakan media informasi untuk memutar balikkan fakta, sehingga banyak orang tertipu dengannya. Betapa banyak kita lihat hari ini orang-orang tertipu dengan media-media yang digunakannya sendiri.

Manusia sebagai makhluk terbatas fisiknya tidak dapat bersaing dengan zaman itu sendiri. Tetapi, waktu yang dilalui dapat menuntun manusia bergerak bersama kemajuan zamannya. Untuk itu, bukan perubahan fisik yang perlu ditingkatkan dengan cara merubah bentuk fisik yang sifatnya given agar manusia dapat bergerak dengan zamannya. Dimensi gerak manusia yang harus ditingkatkan adalah cara berfikir. Jangan salahkan zaman ketika ia datang menghancurkan hidup manusia, tapi salahkan pikiran masing-masing yang tidak mampu bergerak sesuai dengan gerak zaman.

Kebenaran belum tentu baik disaat perannya tidak membawa kebaikan yang signifikan, dan sisem/cara yang ditempuh tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Kata “ta’arafu” menggunakan wazan “tafa’ala”, tidak hanya berarti mengenal tapi juga bermakna saling mengenal. Dalam kontek psikologi dan sosiologi Alquran, fungsinya mengarah pada pengertian “musyarakati baina itsnaini fa aksara”. Bermakna, interaksi itu harus terjalin dua pihak, tidak cukup mengenal satu pihak saja tanpa mencoba untuk mengenal pihak yang lain.

Kebenaran itu baru dianggap baik jika keduanya dipertemukan dalam satu wadah. Benar saja belum tentu baik untuk manusia. Media informasi yang kini hadir dan bergerak dengan sangat cepat tentu membawa kebaikan untuk manusia, tapi belum tentu benar ketika salah saat digunakan.

Ekspresi zaman tidak pernah usang menyuguhkan kebenaran-kebenaran. Jika saja fisik tidak mungkin mampu mengejarnya, maka kejarlah dengan mempercepat atau menaikkan cara berfikir minimal satu oktaf, agar pengetahuan tentang zaman tidak dilema.

Jakarta, 19 Juni 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

Teuku Badruddin Syah: Membangun Politik Aceh Melalui Pikiran Ulama