Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

Pilkada: Pesta Rakyat Bukan Eforia Politik Kandidat

Gambar
Pilkada adalah pesta demokrasi rakyat bukan eforia politik kandidat. Pilkada kali ini berbeda dengan pilkada sebelumnya; pelaksanaan pilkada serentak seluruh Indonesia membawa eforia politik yang sama. Tetapi, eforia ini semakin hari semakin mengikis kepercayaan publik pada calon pemimpinnya, terjadi karena kinerja pemimpin yang tidak memuaskan rakyat di berbagai bidang.  Persoalan bangsa ini semakin hari semakin rumit, semetara kepercayaan publik terhadap pemimpin dan calon pemimpinnya semakin menurun. Ditambah lagi calo yang mesti mendapat dukungan partai politik yang beragam menjadikan kepercayaan rakyat semakin rendah dalam pelaksanaan politik demokrasi. Aceh merupakan daerah yang tidak hanya memperoleh otonomi khusus dari segi anggaran, melainkan juga mendapat kekhususan politik. Kekhususan politik yang dimaksud adanya partai lokal. Namun, otonomi anggaran tidak menyelesaikan polemik perkembangan ekonomi masyarakatnya. Begitu juga dengan keberadaan partai lokal tidak menyelesaikan

BADUT-BADUT POLITIK TERIAK KEPEDULIAN

Gambar
Politik adalah jalan rumit; pelakunya sering tidak fokus pada tujuan politik itu sendiri, tetapi lebih fokus pada bagaimana menaikkan popularitas diri dengan menjadikan diri sebagai pusat perhatian ( self centerd ). Selfless (tidak mementingkan diri sendiri). Sikap mementingkan diri sendiri selalu dibawa elit politik setelah kekuasaan didapat. Ini terkait dengan mental seseorang dalam menaikkan popularitas. Ada yang menaikkan popularitasnya dengan menekan pihak lain. Begitu juga sebaliknya, menampakkan baik agar yang lain terlihat buruk. Tekan menekan dalam proses politik adalah prilaku buruk yang diperankan elit politik. Penekanan-penekanan pada isu tertentu hal yang selalu dilakukan oleh orang yang sebenarnya tidak memiliki elektabilitas diri yang baik. Sirklus politik yang dimainkan sebenarnya sedang menunjukkan dirinya tidak memiliki kemampuan memimpin sama sekali. Karena, ia tahu kemampuannya rendah dalam mengelola tata-kelola publik maka ia selalu melakukan hal-hal konyol. Kony

RUJUK POLITIK RUANG MANIPULASI PUBLIK

Gambar
Cerai dimasa pileg, rujuk saat pilkada. Begitulah proses politik yang dikedepankan adalah kepentingan; “tidak ada musuh yang abadi dalam politik kecuali kepentingan”.Kekuasaan ibarat pernikahan, dikarenakan adanya akad yang diikrarkan oleh seseorang untuk mengurus dunia. Pernikahan tidak boleh ada unsur rekayasa. Jika rekayasa yang dilakukan maka pernikahan tersebut batal karena telah menipu banyak orang; seperti menipu mempelai wanita, keluarga, saksi, dan para undangan yang ikut menyaksikan. Pernikahan yang berujung konflik; rujuk adalah solusi. Rujuk politik selalu dilakukan agar relasi kuasa dengan kebijakan selalu harmonis dalam hal mengantarkan kesejahteraan. Begitu juga dengan kekuasaan. Kekuasaan ibarat ikrar akad nikah yang tidak hanya pengakuan mulut tetapi juga berkomitmen terhadapa sikap dan tindakan. Merekayasa kekuasaan sama dengan menipu banyak orang untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Rekayasa kekuasaan dapat dilihat dari cara seseorang memainkan peranan politknya