Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

BIKTSAL ISMUL FUSUK BA'DAL IMAN

Gambar
  وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ Artinya, " janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman ". Q. S. Al-Hujarat/49: 11. Memahami ayat ini mesti menggunakan sedikit nalar dan kontekstual. Penekanan yang dilarang di sini mencela orang lain dan memanggilnya dengan panggilan yang buruk. Ini harus dipahami kontekstual sesuai dengan posisi dan apa yang sedang dijalani. Mencela di sini adalah memandang rendah orang lain, atau meremehkan pekerjaan orang lain, atau tidak menghargai usaha/pekerjaan/kebaikan orang lain. Sekecil apapun peran setiap kita harus dihargai. Dan jangan pernah mengukur usaha orang lain dengan uang, adapun upah merupakan relasi timbal balik saja sesuai tarafnya. Maksudnya, sekecil apapun ket

MADHA TUNFIQUN: KEBAIKAN AKAN KEMBALI PADA PEMILIKNYA

Gambar
 يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ Artinya, "mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui". Q. S. Al-Baqarah/002:215. Ketika orang-orang bertanya pada Nabi Muhammad apa yang harus kami infakkan, maka Nabipun diperintahkan untuk menjawab infakkan sesuatu yang baik. Sesuatu yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk apapun, baik harta, ilmu, pikiran, tindakan, dan lain sebagainya. Kebaikan itu diutamakan pada kedua orang tuamu, orang-orang terdekat denganmu, anak yatim, fakir, dan ibnu sabil (ibn sabil ini termasuk juga orang yang

PUASA: PUNCAK KEBAHAGIAAN PERTEMUAN RASA

Gambar
Gus Mahrus, bernama lengkap Dr. KH Mohamad Marussilah, MA. Kyai muda asal Banten ini adalah pengasuh kitab Fathul Muin, dengan metode Fiqh Neuro storytelling telah membangkitkan pemahaman umat dalam memahami hukum-hukum Islam melalui budaya tutur. Puasa menurut Gus Mahrus merupakan tugas kerahmatan yang dimandatkan pada manusia sebagai amanat keimanan.  Puasa diwajibkan untuk menyeimbangkan pola raga dan jiwa me nuju kedamaian, dan keselarasan. Sehingga manusia mampu menahan diri untuk menjaga kesucian dengan konsep ketakwaan meraih kebahagiaan. Kebahagian diakses dengan daya pikir kedamaian. Kedamaian dapat dirasakan dengan naluri keselarasan. Keselarasan bisa dikenali dengan ketakwaan. Ketakwaan diperoleh dengan latihan menahan gejolak perasaan. Menahan gejolak raga dari kepuasan, keakuan, kehadiran . D an perasaan adalah inti dari hakikat disyariatkannya Puasa. Sebagaimana Allah SWT berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ا

Secuil Polemik Formalisasi Syariat

Gambar
Pelaksanaan syariat Islam di Aceh telah membentuk budaya beragama yang begitu kuat, bahkan pada beberapa ibadah dapat mengalahkan pesan syariat itu sendiri.  Salah satunya adalah ibadah puasa. Bagaimana tidak, puasa yang dikuatkan pelaksanaannya dengan kultur yang kuat juga dapat mencederai nilai-nilai humanisme. Puasa tidak diwajibkan bagi orang yang sedang dalam bepergian. Artinya, para musafir boleh untuk tidak berpuasa. Ketika musafir tidak berpuasa ia susah mendapatkan rumah makan, dikarenakan budaya pelaksanaan syariat Islam melarang menjual makanan di ruang terbuka pada siang hari. Bahkan pada tahap yang lebih serius penjual makanan di siang hari dapat dianggap sebagai pelanggar syariat Islam. Tidak mudah memang untuk menyeimbangi pelaksanaan syariat Islam dengan budaya bersyariat. Formalisasi syariat terkadang memicu polemik. Begitu sulitnya bagi musafir untuk mendapatkan makanan di siang hari karena alasan syariat. Padahal, bagi musafir yang tidak berpuasa juga sedang me