BEBASKAN DIRI MELALUI JALAN ISTIGHFAR

Manusia adalah makhluk yang rentan berbuat dosa; dalam kehidupan sehari-hari aktifitas manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Setiap orang bisa saja menghindari untuk tidak melakukan dosa besar, tetapi tidak bisa melepaskan diri dari melakukan dosa kecil. Katagori dosa kecil akan terhapus dengan kalimat istighfar dan perbuatan baik lainnya. Berbeda dengan dosa besar, tidak terhapus jika tidak bertaubat dengan sebenar taubat.

Perintah membaca istighfar bukan karena telah berbuat dosa saja, melainkan juga dibaca dalam melakukan ibadah, dan memulai sesuatu, atau setelah selesai melakukan ibadah. Kalimat istighfar adalah kata permohonan maaf seorang hamba kepada Tuhan, dikarenakan dosa-dosa yang dilakukan. Beristighfar bukan hanya bacaan yang dibaca saat memulai taubat, melainkan juga dibaca ketika memulai ibadah, dan yang lainnya.

Ciri-ciri orang yang termasuk dalam katagori menuju takwa sebagaimana Allah Swt berfiman, adalah segera meminta ampunan kepada Tuhan serta menuju tempat yang baik; baik di dunia maupun di akhirat. Baik di dunia memperoleh kesejahteraan hidup, sementara bahagia di akhirat  memperoleh syurga-Nya.

Ciri orang yang menuju takwa berikutnya adalah berinfak; baik diwaktu yang sempit maupun diwaktu lapang, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan manusia. Golongan ini tidak hanya katagori menuju takwa melainkan juga termasuk dalam golongan orang-orang yang ikhlas. Allah Swt mencintai kelompok muhsiniin (ikhlas). Selengkapnya terkait dengan persoalan ini dapat dilihat Q. S. Ali-Imran/003: 133-136.

Bersegeralah untuk bertaubat adalah sebuah keharusan. Sebesar pengampunan adalah dengan taubatan nasuha. Nasuha merupakan taubat yang dilakukan oleh seorang hamba yang berlumuran dosa besar, atau tidak ada waktu bagi pelakunya untuk tidak berbuat dosa.  Syirik, mabuk, judi, zina, korupsi, membunuh, adalah di antara prilaku-prilaku dosa besar. Taubat dari dosa besar tidak hanya cukup dengan beristighfar melainkan juga harus diiringi dengan sebenar-benar taubat.

Alquran memerintahkan kepada manusia untuk bersegera memohon ampunan dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Artinya, jalan menuju Tuhan ditempuh melalui kalimat istighfar. Kalimatnya ringan tetapi pengaruhnya sangatlah besar. Siapa pun boleh membacanya, kapan pun boleh melakukannya, baik dalam keadaan senang, dalam keadaan susah apalagi. Sebab, tidaklah menimpa seseorang hamba kecuali akibat dari dosa-dosa yang dilakukannya. Jika obat dapat menyembuhkan sakit, maka istighfar adalah penghapus dosa.

Perintah untuk meraih ampunan dari Tuhan juga bermakna bersegeralah melakukan amal kebaikan. Melalui amal kebaikanlah setiap hamba akan mendapatkan balasan yang baik. Atau, amal kebaikan yang mengantarkan kebahagiaan untuk orang lain, tujuannya juga memperoleh kebahagiaan untuk diri sendiri. Pada dasarnya, kebahagiaan yang dilakukan pada akhirnya akan berpulang juwa pada pemiliknya. Kebaikan tidaklah lenyap, ia akan menjelma dalam bentuk manfaat yang lain. Sama juga dengan keburukan, ia juga akan kembali dalam bentuk keburukan yang sama maupun ke burukan yang berbeda.

Beristighfar juga bacaan yang tidak memiliki waktu khusus untuk membacanya, kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun baik senang maupun susah, asalkan tempat yang digunakan bukanlah tempat yang buruk dan bernajis. Bukan juga dilakukan oleh orang yang merasa telah banyak melakukakan dosa, sebab Nabi Muhammad Saw yang dikenal ma’sum sepanjang hari beristghfar. Beristighfar terus menerus menandakan seorang hamba yang saban waktu mengakui dirinya lemah yang harus terus bergantung kepada Tuhan dalam kondisi apa pun.

Masalah pertama yang dialami manusia adalah konflik di syurga antara Adam, Hawa, dan Iblis. Peristiwa ini menyebabkan Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, di tempat yang berbeda baik jarak maupun geografis. Akhirnya, kedua manusia pertama yang diciptakan Tuhan dipertemukan. Jabal rahmah menjadi saksi, bahkan menjadi simbol kasih sayang manusia di bumi. Tempat ini telah dijadikan monumen cinta manusia yang membangun kasih sayang.

Walaupun Adam diturunkan ke bumi atas nama hukuman, tetapi Tuhan memberi jalan keluar bagi Adam untuk bertaubat atas kekhlilafan tersebut. Kalimat taubat yang diajarkan kepada Adam tidak dalam bentuk bacaan istighfar melainkan dalam bentuk bacaan yang bermakna pengakuan bahwa Adam telah melakukan kedhaliman. Di sini juga dapat dipahami melakukan perbuatan dosa termasuk kedhaliman terhadap diri sendiri. Kalimat taubat yang diajarkan kepada Adam setelah merasa penyesalan yang hebat, doa yang bermuatan kompleks antara pengakuan atas kesalahan hamba serta memposisikan Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Penerima Taubat. Sebagaimana Allah Swt mengabadikan dalam Alquran.

رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kamu, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Q. S. Al-A'raaf/007: 23.

Dunia dengan segala isinya penuh dengan masalah. Bukan berarti dunia mendatangkan keburukan, melainkan masalah yang dimaksud adalah banyak problem yang harus diselesaikan manusia. Mulai dari masalah sistem semesta dengan segala aturannya sampai pada masalah keingkaran manusia pada Tuhannya. Alam semesta yang diciptakan Tuhan terdiri atas masalah-masalah. Karena itulah Adam diciptkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. 

Tuhan menanamkan ilmu pada Adam di syurga, tujuannya adalah untuk menyelesaikan banyak masalah di bumi. Diperkenalkan ilmu pengetahuan pada Adam yang tidak diajarkan pada makhluk yang lain di syurga, sehingga Adam dapat menyebut nama-nama benda. Di samping manusia diciptakan sebaik-baik bentuk juga diberikan akses ilmu pengetahuan seluas-luasnya.

Berdasarkan penciptaan sebaik bentuk dan ilmu pengetahuanlah manusia menjadi istimewa. Dengan keistimewaan itulah seluruh makhluk yang ada di syurga termasuk jin dan malaikat diperintahkan untuk sujud pada Adam. Sujud dalam pengertian bukan untuk menyembah melainkan untuk sebuah pengakuan serta mengikuti perintah Tuhan.  Hanya iblis yang tidak mau sujud kepada Adam.

Pembangkangan iblis inilah menimbulkan masalah baru bagi manusia; yakni masalah pertarungan iblis sebagai wujud balas dendam kepada Adam, sebab tidak bersedia iblis sujud pada Adam, Tuhan pun menghukuminya/diusir dari syurga. Dendam iblis tidak hanya pada Adam melainkan juga pada anak cucunya. Sebagaiman Alquran menjelaskan. Q. S. Al-A’raf/007: 12-18.

Pembangkangan iblis tidak sampai tahap inkar pada Tuhan. Iblis justru tidak murtad atau musyrik sama sekali atas peristiwa tersebut, sebab iblis hanya dendam pada Adam bukan pada Tuhan. Artinya, iblis masih mengakui Allah sebagai Tuhannya. Atas izin Tuhan pula lah iblis mendapat rekomendasi dari Tuhan untuk menggoda anak Adam. 

Walaupun Tuhan memberi peluang pada iblis, tetapi iblis tidak akan mampu menggoda anak cucu Adam yang tertancap keimanan secara kuat dalam dadanya. Iblis tidak diberi ijin sepenuhnya untuk menggoda anak Adam tetapi hanya memberi rekomendasi saja. Hal ini dapat dilihat sebagaimana tercantum dalam Q. S. Shad/038: 82-83.

Setelah iblis mengikrarkan perang dengan Adam, muncullah persoalan rumit dalam kehidupan manusia. Adam adalah orang pertama yang terpengaruh dengan godaan iblis sehingga diturunkan ke bumi. Dari peristiwa inilah iblis semakin percaya diri, jika Adam dan Hawa mampu diperdayakan maka anak cucunya akan menimpa hal yang sama pula.

Kelicikan iblis dalam menjalankan misinya dengan membawa nama Tuhan. Oleh karena iblis menyebut nama Tuhan lah akhirnya Adam mengikuti keinginan iblis untuk memakan buah khuldi. Dan ternyata, dalam terjerumus dosa Tuhan memberi hadiah kepada Adam dengan sebait doa untuk meminta ampunan agar Adam terbebas dari dosa yang telah dilakukan.

Diutusnya Nabi Muhammad Saw ke bumi oleh karena adanya masalah terkait dengan pengingkaran manusia terhadap Tuhannya. Masalah yang sangat diketahui oleh manusia adalah soal kebiadaban manusia di bumi; anak perempuan dikubur hidup-hidup, manusia saling menghabisi, berlakunya kecurangan dalam transasksi, kedhaliman, ketidak adilan, diskriminasi, dan masalah-masalah lainnya.  Nabi Muhammad Saw hadir sebagai kunci penyelesaian masalah  atau Nabi hadir sebagai metode penyelesaian masalah.

Oleh sebab banyaknya masalah yang dihadapi manusia, diturunkan lah Alquran kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril dan ditanamkan akal dalam diri manusia. Tuhan membekali jalan bagi manusia dalam rangka penyelesaian masalah. Salah satu cara menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan kalimat istighfar. Kalimat yang memiliki banyak faedahnya. Manusia diciptakan seperti wadah duduknya bermacam masalah. Namun, dengan akalnya manusia dapat menyelesaikan masalah yang menimpa dirinya. 

Akal di sini adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah disebutkan bahwa terhukumi seseorang atas  karena kewarasannya. Artinya, masalah yang muncul hanya dibebankan kepada orang-orang yang berakal. Termasuk di dalamnya adalah masalah agama, “tidak dibebankan agama ini pada orang yang tidak memiliki akal”, la diina liman la ‘aqlalah. Walaupun demikian tetap berlaku asa kemampuan menanggung beban. Tuhan tidak menimpakan suatu masalah pada manusia kecuali sesuai dengan kemampuannya.

Kesempurnaan akal dikrenakan memiliki ilmu pengetahuan. Akal atau ilmu pengetahuan tidaklah datang dengan sendirinya. Sebagaimana Adam setelah diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, tetapi sebelum Adam diajarkan Tuhan tentang benda-benda, maka akal Adam belum mampu mencapai ke arah itu. Melalui proses yang diajarkan Tuhan terbentuklah pengetahuan dalam diri Adam. Di sini, dapat dipahami bahwa Tuhan adalah guru pertama bagi manusia. Adam adalah orang yang diajarkan langsung oleh Tuhan.

Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan terus berkembang, dan masalah yang dihadapi manusia semakin komplek, maka proses pembelajaran terus dikembangkan. Jika Adam diajarkan Tuhan di syurga, maka anak cucu Adam diajarkan ilmu pengetahuan melalui lembaga-lembaga pendidikan; baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non-formal. Hadirnya lembaga-lembaga pendidikan hari ini sebagai tindak lanjut dari perintah Alquran yang diajarkan kepada Nabi Muhammad Saw yakni; iqrak. Akhirnya, perintah iqrak tidak hanya belajar membaca tetapi juga membaca untuk belajar dengan segala bentuk penelitian atau research.

Membaca yang lebih utama adalah membaca diri sendiri, iqrak kitabak. Apakah bacaan-bacaan terhadap diri sendiri menampilkan bacaan-bacaan yang menunjukkan banyak dosa yang telah dilakukan. Jika dosa yang terlihat maka minta ampunan pada Tuhan dengan segera. Dan jika yang tertulis adalah bacaan-bacaan kebaikan, maka beristighfarlah agar hati tidak pernah ria atas apa yang telah diperoleh. Atau tidak pernah lupa daratan atas nikmat yang telah diberikan kepada manusia. Sehingga fungsi dari nikmat tersebut dapat disalurkan pada jalan yang tepat.

Kalimat istighfar bukan karena ingin menghapus dosa dan ingin menetapkan hati dalam kebaikan saja, tetapi kalimat istigfar harus dijadikan sebagai lifestyle sepanjang waktu. Jika saja kalimat istighfar hanya diperuntukkan bagi para pendosa, lantas kenapa pula Nabi Muhammad Saw sebagai hamba yang ma’sum selalu mengutarakan kalimat istigfar dari bibirnya.

Bandung, 3 Juni 2023   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

Teuku Badruddin Syah: Membangun Politik Aceh Melalui Pikiran Ulama