Pemda: Dekatkan Beasiswa pada Anak Buruh Tani Miskin di Aceh


Sebagaimana dilansir detik.com Arnia Fatmawati Mirsanda anak seorang buruh tani asal desa Lhang, Kecamatan Setia, Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai salah satu penerima beasiswa UKT (Uang Kuliah Tunggal) subsidi 100 persen dari Universitas Gadjah Mada (UGM) hingga lulus.

Kuliah dengan biaya yang ditanggung pihak ketiga adalah keinginan semua orang, terutama anak-anak berprestasi dari keluarga miskin. Dapat kuliah di kampus tertama seperti Universitas Gadjah Mada dan yang lainnya juga cita-cita dari banyaknya calon mahasiswa hari ini. Untuk mendapatkan beasiswa bukan perkara mudah, apalagi beasisswa prestasi sifatnya sangat kompetitif. Tentunya, kompetisi ini jauh dari jangkauan anak-anak Indonesia khususnya anak-anak buruh tani miskin Aceh.

Hampir rata-rata masyarakat Aceh adalah buruh tani miskin. Untuk itu, Pemerintah Aceh dan Pemerintaha Kabupaten di Aceh khususnya Aceh Barat Daya sudah saatnya mendekatkan beasiswa penuh pada calon mahasiswa di Aceh Barat Daya menggunakan APBK. Selama ini, Pemerintah Daerah hanya memberi bantuan belajar dalam jumlah sedikti, bukan beasiswa penuh sehingga anak-anak Aceh Barat Daya bisa mewujudkan mimpinya untuk melanjutkan kuliah di kampus-kampus tertama.

Hari ini beasiswa dari banyak sumber masih jauh dari jangkauan anak-anak kita; baik jauh dari segi koata, beasiswa sifatnya sangat kompetitif, butuh persaingan yang sangat ketat, serta jurusan yang terbatas. Kendala utama adalah sifat beasiswa yang kompetitif sehingga tidak berimbang dengan kemampuan calon mahasiswa untuk mendapatkan beasiswa tersebut.

Pemerintah Daerah jangan hanya memahmi bahwa beasiswa sebagai bantuan belajar semata, tetapi juga harus dipahami sebagai lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda. Akhir-akhir ini sangat susah mendapatkan pekerjaan bagi usia produktif. Ini disebabkan dunia kerja semakin kompetitif, skil terbatas, dan lapangan pekerjaan sulit. Di Aceh hampir tidak ada lapangan pekerjaan non-pemerintah yang mampu menggarap pekerja lokal dengan jumlah besar.

Maka dengan itu Pemerintah Aceh dan Pemerintah Daerah wajib memprogramkan beasiswa untuk S1, S2, dan S3 secara khusus membiayai kuliah sampai tuntas menggunakan anggaran propinsi dan juga kabupaten masing-masing. Sehingga, anak muda usia produktif bekerja sebagai mahasiswa yang digaji oleh negara. Bukan sebagai mahasiswa yang menghabiskan uang pribadi untuk membantu negara menambah Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Negara sedekat mungkin harus memberi akses beasiswa bagi anak-anak di daerah masing-masing.    

Daftarkan diri kalian sebagai mahasiswa yang digaji oleh negara/Pemerintah aceh atau pemerintah kabupaten masing-masing. Pemerintah Aceh jika tidak mampu membuka lapangan pekerjaan bagi warganya, maka bukalah pos-pos beasiswa bagi anak-anak Aceh seluas-luasnya, sehingga mereka bisa mendapat upah sambil belajar; baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Memberi beasiswa ke luar negeri sama dengan membuka jalan bagi anak-anak Aceh menempuh pendidikan setara dunia dan menguasai pergaulan internasional.

Pemerintah Daerah mesti berpikir untuk mendekatkan beasiswa dengan anak-anak Aceh. Sebagian besar penyediaan beasiswa masih jauh dari jangkauan anak-anak Aceh. Jangkauan dimaksud bisa jadi syarat yang begitu ketat, kecerdasan di bawah rata-rata, akses informasi terhadap beasiswa terbatas, penguasaan bahasa asing tidak memadai, dan lainnya. Dan tidak mesti masuk kuliah pada fakultas ternama dunia; disaat anak-anak kita terlibat belajar dengan banyak orang luar; baik luar daerah maupun luar negeri maka akses terhadap dunia kerja semakin dekat dengan mereka.

Mahasiswa setelah menyelesaikan studi sarjananya mereka rata-rata berpikir mencari pekerjaan. Pada kenyataannya lapangan kerja di Aceh sulit bahkan tidak ada. Sebagaimana disampaikan melalui media bahwa di Aceh yang banyak lapangan bola, lapangan upacara, dan lapangan-lapangan lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan dan prestasi serta dunia kerja bagi anak-anak negeri.

Para penguasa publik pun gencar-gencarnya mengkampanyekan olah raga, dan ada yang membuat khusus club-club olah raga tanpa jelas arahnya ke mana kecuali untuk eforia saja. Ada pula yang membuat turnamen berjilid-jilid. Lagi-lagi yang diisi adalah lapangan bola, bukan penyediaan lapangan kerja. Ini yang membuat desain insentif bagi warga tidak berjalan, kecuali investasi politik untuk orang-orang tertentu.

Seharusnya; mahasiswa mempersiapkan diri, baik saat belajar di bangku sekolah menengah, dan setelah selesai studi sarjana yang dikejar adalah beasiswa ke luar negeri; negara-negara Asia, Eropa, atau pun Timur Tengah. Bekerja dengan belajar lebih baik untuk investasi masa depan. Bekerja baginya adalah belajar, sementara pendapatannya adalah diberikan beasiswa. Dan tidak jarang, mereka yang belajar ke luar negeri juga menyempatkan diri bekerja di luar jam studinya. Ini persoalan teknis saja.

Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan sarjana berhentilah berpikir mencari pekerjaan di Aceh sebagai tujuan utama. Ganti target utamanya, selesai sarjana yang seharusnya dikejar adalah belajar ke luar negeri lewat jalur beasiswa. Investasi terbaik dalam hidup ini adalah ilmu pengetahuan, dan belajar dengan sungguh-sungguh. Satu detik menjelang kiamat ilmu masih bermanfaat untuk manusia.

Selagi masih muda belajarlah. Negara kita dan dunia lainnya banyak menyediakan beasiswa dalam jumlah besar. Dan, lebih baik lagi punya kesempatan bekerja sebagai mahasiswa sejak menempuh pendidikan sarjana. Artinya, setelah tamat Sekolah Menengah Atas ia telah mendapatkan beasiswa. Tentunya, mendekatkan beasiswa pada anak buruh tani miskin di Aceh peran pemerintah tingkat propinsi dan kabupaten diperlukan.

Belajarlah sebagai pekerja yang digaji negara. Persiapkan diri untuk memperoleh beasiswa; baik dalam negeri maupun luar negeri. Pemanfaatan terhadap orang-orang yang berilmu tidak akan pernah berakhir sampai satu hari -H kiamat dunia. Ganti orientasi kalian, selesai sarjana yang didaftar lebih utama adalah di mana titik-titik beasiswa yang memberi pendapatan pada kalian untuk belajar. Beasiswa adalah gaji yang diberikan pada mahasiswa, sementara pekerjaannya adalah belajar.

Di sini, tahun-tahun politik bakal calon gubernur dan bacalon bupati perlu mencantumkan program utamanya adalah menyediakan anggaran untuk menyekolahkan anak-anaknya ke berbagai jenjang pendidikan; baik sarjana, master, dan doktor agar beasiswa semakin dekat dengan anak-anak di daerah dengan beragam jurusan yang dibutuhkan dunia hari ini. Kuliah bukan semata ingin menjadi anak-anak menjadi pintar tetapi juga membangun jaringan dunia luar melalui jalur pendidikan untuk anak-anak Aceh, sehingga mereka menempuh pergaulan dunia.

Mendapatkan beasiswa sama dengan memperkecil angka pengangguran di Aceh, sampai mereka mampu menggapai pekerjaan pada perusahaan-perusahaan ternama; baik dalam negeri maupun perusahaan internasional sehingga mengangkat derajat ekonomi keluarga. Memperoleh pekerjaan dari pemerintah yang mana kerjanya adalah belajar pada Perguruan Tinggi ternama; baik dalam maupun luar negeri. Memperoleh beasiswa; "nikmat mana lagi yang harus didustakan anak buruh tani miskin di Aceh”.

Membangun Peradaban Politik, 3 Agustus 2024

Komentar

Mukhlis mengatakan…
Sangat betul tapi???

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

Teuku Badruddin Syah: Membangun Politik Aceh Melalui Pikiran Ulama