Word Influency: Jargon Politik Suka Menipu Pikiran Publik


Salah satu faktor primer intelegensia disebut dengan istilah word influency; kemampuan yang menyangkut dengan kecepatan dalam memahami kata. Pengaruh kata-kata yang diucapkan seseorang memiliki tirani dapat memengaruhi banyak orang. Seperti jargon-jargon yang digunakan dalam berbagai gerakan; baik gerakan sosial maupun gerakan politik.

Jargon politik sering menghiasi ruas-ruas bacaan publik melalui berbagai platform media. Tujuannya memengaruhi pikiran banyak orang melalui kata-kata. Kata atau jargon politik yang disampaikan tidak sama sekali berbicara apa yang harus dilakukan, tetapi lebih pada bagaimana memengaruhi pikiran publik agar tertarik dengan produk politik tertentu. Market politik hanya sekedar mendapat pengaruh dari pemilih. Sementara market potensial yang mesti diperkenalkan ke publik terabaikan. Publik cuma dilenakan dengan jargon bukan dengan program kerja. 

Politik adalah seni kemampuan memengaruhi orang-orang untuk tujuan kekuasaan. Kata-kata sangat memengaruhi setiap orang untuk pro dan kontra terhadap pihak-pihak tertentu. Tujuan dikemukakan kata dalam politik sering tidak mengindahkan penggunaan kata itu sendiri; terkadang berbohong tidak masalah asalkan jargon/kata-kata tersebut bisa membantu untuk menaikkan elektabilitas dirinya.

Musim politik seperti ajang merancang kata-kata dan jargon untuk membohongi masyarakat. Memengaruhi orang-orang dengan menggunakan kata tidak memengaruhi sama sekali terhadap kemajuan sebuah daerah. Ekses politik untuk memajukan kehidupan masyarakat tidak terletak pada jargon atau kata-kata melainkan pada program kerja yang sifatnya nyata.

Politik merupakan filosofi etik dalam rancangan pikir etika politik. Pendahuluan filsafat pada dasarnya adalah logika, permasalahannya terkait meta-fisika, sementara tujuannya adalah etika. Sama halnya denga politik; tujuan akhirnya adalah membangun etika publik dalam hal penerapan dari rangkaian rasionalitas dan kognitifitas dari aktifitas manusia sebagai makhluk yang berpikir berdasarkan ilmu.

Dengan demikian; masyarakat jangan pernah terpengaruh dengan jargon/kata-kata politik yang dihembuskan oleh orang-orang tertentu. Rangkaian kata tidak sama sekali menjamin kesejahteraan untuk masa depan masyarakat. Tetapi, jargon-jargon tersebut hanya digunakan untuk memengaruhi pikiran publik melali kekuatan word influency.

Jargon-jargon yang beredar di ruang politik publik seperti; maju, bersatu, menatap masa depan, bersama kita bisa, muda berkarya, tua membangun, tabangun martabat nanggroe, kita hadir untuk mensejahterkan, bersama berjuang, kita tatap masa depan, dan lain sebagainya. Jargon-jargon seperti itu sama sekali tidak menyentuh arah dan konsep menuju jalan kesejahteraan untuk umat jika tidak memiliki konsep dan cara kerja yang baik.

Pada saat berlangsungnya musim politik bertebaran kata-kata di berbagai pamplet, baleho, spanduk, stiker, platform di berbagai media yang terkadang tidak logis. Semua itu dilakukan dalam rangka merayu pikiran publik. Saat kampanye politik dirayu dengan kata-kata manis, jargon-jargon politik, ketika berkuasa rakyat dihantam dengan kebijakan yang tidak sama sekali pro terhadap kesejahteraan bersama. Jangan mudah percaya dengan kata-kata atau jargon yang diucapkan politisi di musim pilkada. Kata-katanya manis tetapi tindakannya sadis saat kekuasaan ada di tangannya.

Word influency, kecepatan kata dalam memengaruhi pikiran orang-orang. Ini bagian dari sisi negatif politik yang selalu muncul di tengah-tengah kemelut politik merebut kekuasaan. Masyarakat pemilih jangan serta merta terpengaruh dengan jargon atau kata-kata yang dibawa oleh seseorang dan sekelompok orang yang mana tujuan utamanya adalah ingin berkuasa, dengan mengantarkan jargon-jargon politik yang sengaja dirangkai, padahal mereka sedang merancang kebohongan atas alasan kesejahteraan. Jargon seoalh-olah bersahabat; padahal nyatanya tidak merakyat, kecuali musim-musim politik saja.

Membangun Peradaban Politik, 23 Agustus 2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

Teuku Badruddin Syah: Membangun Politik Aceh Melalui Pikiran Ulama