Tawaf Ifadah: Meditasi Mengelilingi Orbit Semesta

 

Dr. KH Mohamad Mahrusillah Zarkasyi, MA

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU)

Tangerang dan Trainer Metod Aktifasi Cosmic Intelligence

Setelah meditasi Muzdalifah Mina dalam rangkaian ritual haji, selanjutnya aku kembali ke Kota Mekah untuk melakukan tawaf ifadah,  yaitu berputar sebanyak 7 (tujuh) kali mengelilingi Ka’bah sebagai titik simbol ke-Maha Esa-an Tuhan.

Aku melihat Ka’bah bukan hanya sebagai simbol ke-Maha Esa-an Tuhan melainkan simbol titik kumpul kehadiran jiwa dan raga para penerima amanat kerahmatan semesta menuju Sang Pemilik semesta. Aku mengagungkan Ke-Maha Besaran Tuhan dengan cara mengelilingi titik simbol ke-Maha Esa-an-Nya.

Itulah sikap paduku sebagai makhluk semesta, karena hukum hakikat aqliyah menyatakan bahwa Dzat yang menciptakan pasti lebih superior dari pada materi yang diciptakan. Sudah sepatutnya aku sebagai ciptaan-Nya memuliakan dengan sepenuh hati kepada Tuhan, Dzat Agung Yang Maha Menciptakan.

 Aku memulai 7 (tujuh) putaran tawaf dengan mengucapkan Bismillahi Allahu Akbar. Itulah kesadaran diriku sebagai makhluk yang lemah bahwa dalam memulai aktivitas apa pun aku harus selalu menyebut nama Dzat Pemilik diriku. Kesadaran mendalam ini harus tertanam dalam lubuk hati agar kesombongan tidak bersemayam di sanubariku. 

Aku mengamati tentang energi lantunan tujuh ayat al-Fatihah dalam shalat selalu terpancar sepanjang hari dari seluruh penjuru dunia menuju satu titik simbol ke-Maha Esa-an Tuhan (Ka’bah). Lalu energi itu diputar sebanyak 7 (tujuh) kali melawan arah jarum jam dalam ritual tawaf. Angka 7 (tujuh) ini teramat istimewa.

Pada hari ketujuh pula, disunahkan memotong rambut bayi yang baru lahir dan menyembelih kambing dalam ritual akikah. Aku pikir hal tentu bukan sebuah kebetulan, pasti ada hikmah dan rahasia mengapa angka tujuh menjadi pilihan Tuhan di dalam hukum semesta.

Sungguh aku mendapat banyak pelajaran dari ritual tujuh putaran tawaf ifadhah ini. Aku pernah membaca satu artikel bahwa semua benda dari atom terkecil, galaksi terbesar, bumi, tata surya, sampai peredaran darah, berputar mengelilingi intinya ke arah berlawanan dengan jarum jam.

Ternyata proses perputaran ini menghasilkan sebuah energi yang bermanfaat untuk keberlangsungan ekosistem kehidupan di jagad raya dan laju perputaran orbit semesta berjalan selaras dan seimbang.

Keseimbangan menurut O’ Sullivan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat daya tari gravitasi pada titik tumpu. Keseimbangan diakses melalui gerakan dinamis pada satu benda.

Segala sesuatu yang ada di alam semesta memiliki sistem keseimbangannya masing-masing. Jika ada sesuatu yang tidak seimbang, ia akan segera menemukan titik keseimbangan untuknya sendiri.

Medan naluri pada diri manusia sering kali memunculkan ketidakseimbangan, semisal sifat tergesa-gesa, tidak sabar, keinginan berlebih dan gejolak perasaan yang tidak terkontrol.

Itulah sebabnya manusia diperintahkan untuk segera menemukan titik keseimbangan untuknya sendiri karena hal itu akan menghasilkan kedamaian dalam setiap tindak lampahnya.

Dari pernyataanku di atas, aku mengambil sebuah ta’amulat (perenungan) bahwa manusia dan semua makhluk semesta diciptakan dengan karakter yang khas dan memiliki putaran orbit tugas kesemestaan dengan skil dan kemampuannya masing-masing.

Karenanya, aku harus mencari titik aman dalam goncaangan apapun di saat mengelilingi orbit tugas keduniaanku. Hal itulah yang akan menghasilkan energi positif untuk merahmati makhluk semesta di sekitarku.

Rawalini, 10 Juli 2022/10 Dzulhijjah 1443



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meraih Gelar Doktor; Muchlinarwati Disabilitas yang Menginspirasi

Melihat Masalah dengan Masalah

Teuku Badruddin Syah: Membangun Politik Aceh Melalui Pikiran Ulama