17 Agustus: Kemerdekaan Milik Manusia Bukan Milik Ikan

 

Kemerdekaan milik manusia bukan milik ikan. Karena itu, memperingati hari kemerdekan mesti dilaksanakan di tengah-tengah manusia bukan di kalangan ikan. Memperingati hari kemerdekaan mesti di darat bukan di laut. Muncul wacana pemerintah di daerah dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2025 di tengah laut bersama ikan-ikan bukanlah sesuatu yang patut.

Hari kemerdekaan milik manusia Indonesia yang tinggal di darat, bukan milik ikan tinggal di laut (di dalam air), karena manusia Indonesialah yang merasakan sakitnya penjajahan. Kemerdekaan milik manusia Indonesia bukan milik ikan, maka prosesi hari kemerdekaan mesti diperingati di tengah-tengah manusia Indonesia, bukan di tengah-tengah laut bersama ikan dan hewan-hewan laut lainnya.

Dalam sejarah penjajahan ikan dan makhluk lainnya di laut di dunia mana pun tidak pernah merasakan penjajahan. Karena itu ikan tidak perlu hari kemerdekaan. Justru ikan santapan bagi orang-orang yang merdeka. Ikan tidak perlu mengenang kemerdekaan sebab nenek monyang ikan tidak pernah berjuang, malah ikan-ikan bergizi menjadi nutrisi bagi penjajah memperkuat fisik dan pikiran mereka untuk menyusun kekuatan penjajahan. 

Seharusnya ikan dimakan oleh rakyat Indonesia malah dijadikan peserta upacara. Sakralitas hari kemerdekaan akan pupus jika prosesi kemerdekaan tidak berlangsung di darat dan di terngah-tengah masyarakat. Para pelaut butuh teknologi tangkap ikan bukan upacara kemerdekaan. Anggaran pelaksanaan upacara di laut harusnya diperuntukkan untuk kesejahteraan nelayan sebagai wujud mengisi kemerdekaan. Memberi alat deteksi ikan lebih penting bagi nelayan dari pada menyaksikan seremoni upacara kemerdekaan di laut.

Protokuler kemerdekaan di daerah selama ini ikut melibatkan banyak elemen; termasuk anak-anak sekolah dari tingkat Sekolah Menegah Atas sampai Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jika upacara kemerdekaan dilaksanakan di laut, apalagi dalam situasi cuaca akhir-akhir ini tidak bisa ditebak, maka berbahaya bagi keselamatan orang-orang, apalagi jika anak-anak usia Sekolah Dasar ikut dibawa ke laut.

Hari kemerdekaan bagi bangsa ini tidak lagi diperingati dalam situasi perang, apalagi dalam situasi konflik sehingga pelaksanaannya dilakukan secara sembunyi-sembunyi di laut. Disaat Aceh sudah keluar dari konflik malah hari kemerdekaan dilaksanakan di laut, terkesan sembunyi-sembunyi. Dalam situasi damai Aceh sangatlah patut memperingati hari kemerdekaan oleh pemerintah di daerah upacaranya dilaksanakan di darat dan di tengah-tengah masyarakat. Sebagaimana dilakukan oleh pemerintah sebelumnya, dan umumnya juga terlaksana di tempat-tempat lain. Mengasingkan prosesi upacara kemerdekaan oleh pemerintah di laut tidak dapat ditolerir dalam kondisi Aceh damai.

Mengingat prosesi kemerdekaan butuh biaya lumayan besar, ditambah anggaran dalam situasi tidak baik malah pemerintah daerah harus menyisihkan anggaran lebih besar lagi untuk melaksanakan upacara di laut yang tidak jelas tujuannya apa. Apalagi sempat mempreteli Dana Desa ratusan juta, tentunya digunakan untuk biaya akomodasi dan mobilisasi peserta, atribut, dan pernak-pernik upacara. Memperingati hari kemerdekaan di laut bakal minim manfaat, maka sebaiknya upacara kemerdekaan dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat.

Pemerintah bukanlah komunitas tertentu yang sah-sah saja menyuduguhkan sensasi kemerdekaan dengan memperingatinya di laut. Untuk memperingati hari kemerdekaan di laut cukup dilakukan oleh komunitas penyelam. Atau juga komunitas pencinta alam jika ingin menikmati sensasi kemerdekaan di atas gunung, dan di tempat mana pun. 

Ekpsresi komunitas dalam memperingati hari kemerdekaan perlu mendapat dukungan dari pemerintah. Sementara untuk memeriahkan kemerdekaan dan membamgkitkan semangat cinta negara maka pemerintah di daerah wajib memperingati hari kemerdekaan di tengah-tengah masyarakat. Sebab yang merdeka itu manusia bukan ikan. Ikan seharusnya dimakan oleh manusia di desa-desa sebagai makanan yang bergizi, buka makan makanan instan yang banyak di jual di pasar ritel modern.

Kemerdekaan tidak mungkin dilihat sebatas potensi wisata. Membangun potensi wisata penting tapi mengingat kemerdekaan sakral. Karena itu tidak boleh hari kemerdekaan dijadikan ajang mempromosi apapun kecuali memperdalam rasa cinta tanah air dengan cara memberi kesejahteraan hidup bagi seluruh rakyat/masyarakat. Untuk meningkatkan potensi wisata kenapa harus memanfaatkan hari kemerdekaan. Pikiran selevel ini menurunkan sakralitas kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan keringat, air mata, darah, dan nyawa para pendahulu.

Serambi Peradaban, 07 Agustus 2025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekuasaan Menekan Ke Bawah Pertanda Mental Botolok

Melihat Masalah dengan Masalah