DISERTASI: ANTARA GINTUNG UNTUNG DAN DIGANTUNG
Situ Gintung, rutenya sering digunakan oleh masyarakat sekitar untuk berolahraga, termasuk mahasiswa Sekolah Pascasarna Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Lokasi untuk berolahraga, sekaligus menjadi tempat wisata harian bagi masyarakat sekitarnya.
Banyak
keringat telah menetes disepanjang jalan yang mengitari danau. Tetesan keringat
adalah bukti, jika Situ Gintung telah berpesan bahwa sehat itu penting. Apalagi
di masa pandemi, tidak hanya makanan bergizi dan ber-vitamin yang dibutuhkan
tubuh dalam meningkat imun, namun olah raga untuk menggerakkan tubuh dengan
berjalan dan berlari, juga dapat meningkatkan suhu tubuh.
Penat
menyelesaikan tugas akhir kuliah bagi mahasiswa doktoral, view Gintung menjadi
obatnya. Memanjakan mata dengan alam asri ala danau yang menyuguhkan ribuan
keindahan. Airnya yang begitu tenang, dihempas pelan-pelan oleh angin.
Seolah-olah angin juga ikut menikmati aliran air yang begitu tenang, dan bahkan
tidak terlihat sama sekali bergerak apalagi
mengalir. Danau ini telah memancing rasa setiap makhluk betah
berlama-lama mengitari pusaran air.
Air
yang tenang, dan angin menyapa dengan hembusannya. Tak mau ketinggalan, arah
mata angin membentuk pusaran, dengan sangat pelan permukaan air berputar
pertanda angin dengan sepoinya ikut bermain dan bercanda ria di atas permukaan
danau Gintung, dan bersama ikan-ikan kecil yang sekali-kali berlari membelah
luasnya danau bak samudra lepas pantai yang tidak diketahui sampai di mana
pinggirnya.
Gintung
dan disertasi telah menjadi dua masalah yang berbeda bagi mahasiswa doktoral.
Disertasi sebuah upaya membangun potensi diri berdasarkan prinsip dasar
berfikir ilmiah. Mengelabui pikiran-pikiran akademik adalah pekerjaan mahasiswa
yang sedang bergelut dengan berbagai macam penelitian, sesuai dengan jurusan
masing-masing. Tidak mudah memang untuk menyelesaikannya. Jika disertasi itu
mudah, sungguh sudah banyak yang menjadi doktor.
Gintung
adalah saksi dari penatnya menyusun kata dalam disertasi. Kejenuhan yang muncul
akibat dari menentukan unit analisis yang tidak berkesampaian, di situlah
muncul kegamangan bagi mahasiswa. Bagaimana tidak, unit analisis adalah jalan
penentu dalam mengembangkan ke mana arah
penelitian akan dilakukan.
Perlu
memiliki kecerdasan dalam menyusun unit analisis reaserch disertasi.
Pengetahuan yang terbatas sulit untuk membentuk kohesi pemikiran antara konsep,
teori, dan realitas yang dihadapi dalam membangun konvergensi pemikiran antara
idealitas dengan realitas sosial. Di sinilah unit analisis dibutuhkan, dan
berangkat dari mana sebuah penelitian itu, serta mau dikemanakan hasil dari
penelitian tersebut.
Langkah-langkah
dalam menyelesaikan disertasi perlu untuk diperhatikan. Langkah awal adalah
membangun komunikasi dengan berbagai pihak. Diskusi adalah langkah jitu dalam
menentukan tema dan arah penelitian yang akan dilakukan. Menangkap pesan-pesan
dari luar ide personal merupakan upaya untuk menemukan keinginan komunal.
Dikarenakan disertasi itu tidak untuk dikomsumsi sendiri. Setelah selesai
ditulis hasilnya akan dinikmati banyak orang.
Merasa
bangga dengan pikiran sendiri langkah membingungkan untuk meneruskan
penelitian. Pengetahuan personal tidak cukup data untuk menentukan unit
analisisnya tanpa diikut sertakan dengan pengetahuan komunal. Di sinilah perlu
melepaskan ego dalam diri mahasiswa dalam meneliti. Sebab, menulis disertasi
adalah karya ilmiah yang diuji dan harus melewati lima tahap ujian bersama para
profesor penguji. Ujian proposal, work in progress I, work in progress II,
ujian pendahuluan (tertutup), dan promosi doktoral.
Setiap
tahap ujian memiliki karakter tersendiri. Ujian proposal mempertanyakan
bagaimana menyuguhkan persoalan. Persoalan apa yang yang hendak dikaji, lalu
persoalan apa pula yang telah terlalui oleh penelitian sebelumnya, menangkap persoalan,
menasukkan sisipan, menemukan lacunanya, dan mengungkapkan noveltinya.
Work
in progress I dan II, berbicara tentang teori apa yang yang dapat digunakan
dalam melanjutkan penelitian. Teori di sini adalah kerangka berfikir sistematis
dalam mengembangkan analisisnya. Menemukan hasil penelitian melalui bangunan
teori untuk memudahkan dalam membangun konsep serta mengungkapkan praksisnya.
Konsep
dan praksis akan menemukan hasil yang berpadu dengan masalah dan teori. Lalu
dilanjutkan dengan menyimpulkan kesimpulan. Kesimpulan disertasi menjawab
rumusan masalah. Kesimpulan yang ditangkap berdasarkan rumusan masalah menjadi
titik temu bagi temuan.
Di
sinilah tesis stekmen yang diungkapkan harus menjawab dari rangkaian bab yang
sudah disusun secara metodelogis. Dan inilah materi yang harus diungkapkan oleh
mahasiswa peneliti disertasi pada ujian tertutup (pendahuluan). Setelah
menemukan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi, maka layaklah disertasi itu
dipromosikan pada meja persidangan yang menegangkan bagi setiap mahasiswa
doktoral, dengan memaparkan manfaat dari penelitian yang sudah selesai ditulis.
Ungkapan
yang menyatakan tidak mudah menjadi doktor adalab benar. Rangkaian dan proses
panjang yang harus dilalui oleh mahasiswa doktoral tidaklah mudah seperti
membalikkan telapak tangan. Ada yang mulus jalannya, ada yang tersendat dengan
masalahnya, dan ada yang tergantung penelitiannya.
Tergantung
oleh karena belum bisa melepaskan dirinya dengan dirinya sendiri. Keangkuhan
berfikir merasa tahu sendiri adalah masalah utama bagi mahasiswa, sehingga
dengan keangkuhan tersebut menggantungkan pengetahuannya terkait dengan unit
analisis disertasi.
Beruntunglah
bagi jiwa yang telah selesai dengan jiwanya sendiri. Jiwa yang merdeka dari
sifat keakuan akan memudahkan diri dalam menyerap segala pengetahuan.
Pengetahuan hari ini bisa didapatkan dari berbagai hal, dan berbagai media.
Namun
berbeda dengan sebuah analisis penelitian, untuk menemukannya harus melalui
diskusi yang panjang bersama dosen, promotor, teman sejawat, dan lain
sebagianya. Baik dengan diskusi, debat, coloqium, seminar, bahkan tahap-tahap
ujian yang dilalui akan mempertajam dalam menentukan arah penelitian.
Ilmu
sering menjadikan manusia menjadi sombong. Sedikit saja kesombongan dalam diri
ada, maka akan terus mendapati kebingungan dalam diri bersama ilmunya. Jiwa
yang tenang adalah jiwa yang mengasah dirinya dengan ilmu pengetahuan.
Semakin
seseorang merasakan kehadiran ilmu dalam dirinya, maka semakin tenang dan bijak
serta banyak jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Menggunakan kaca mata ilmu
adalah salah satu metode dalam menentukan unit analisis disertasi.
Hilangkan
kesombongan dalam diri, hadirkan ketenangan dalam jiwa, agar disertasi tidak
menggantung akibat dari keangkuhan berfikir. Jiwa yang tenang ibarat air danau yang megalir tanpa terlihat
gerak. Jiwa yang tenang berfikir menggunakan
kaca mata analisis yang tajam dengan menggunakan kaca mata multi-disipliner pendekatan ilmu. Mengukur persoalan hanya dengan menggunakan satu pengetahuan saja
akan menutupi bagi akal akan pengetahuan
yang lain dalam menyelesaikan persoalan manusia.
Danau
Gintung adalah refresentasi dari jiwa yang tenang. Riyak kecil yang
mendatangkan keindahan pandangan mata bagi yang
menatapnya, seolah mengirim pesan pada kita, dari dasar danau ini tersimpan
jutaan pengetahuan yang tidak tergali dengan baik.
Air
yang tergenang tanpa disadari banyak masyarakat ikan dan hewan akuatik yang hidup di dalamnya sudah membangun peradaban ilmu, sehingga
mereka hidup tentram. Lalu, kehadiran manusialah yang mengacaukan keharmonisan
hidup masyarakat air. Manusialah yang mengganggu habitat ikan dengan alat penangkapnya seperti pancing, jala, jaring, nyap, bahkan membuang sampah sembarangn.
Melalui
danau Gintung kita dapat memetik pelajaran. Air yang begitu banyak tersimpan,
geraknya yang tenang, dikelilingi dengan pepohonan, sehingga angin dengan
begitu mudah mengepul membentuk pusara yang dapat menggerakkan permukaan air
dengan ombak kecil, siapa saja yang melihatnya akan memanjakan mata.
Dari panorama
Gintung, kita akan menemukan bahwa meneruskan penelitian harus dengan jiwa
yang tenang, muara yang luas, menyuguhkan pandangan lepas, sabar untuk tidak
bergerak secara tergesa-gesa. Sehingga, dari
rangkaian tersebut Situ Gintung telah menyuguhkan keindahan bagi manusia yang
mengitarinya, dan dengan menyimpan air yang banyak Gintung sudah membentuk
keseimbangan alam.
Disertasi sebagai tugas akhir telah menyisakan Gintung, gantung, dan untung, telah
mengantarkan nasib bagi mahasiswa doktoral. Ada yang beruntung cepat dan tepat waktu menyelesaikan
studinya,
sehingga tidak terbebani dengan bebragai bayaran.
Ada yang menggantung akibat tidak tepat sasaran dalam menentukan arah
penelitian, sehingga hasil penelitian gagal
mempertahankannya saat diuji oleh para profesor penguji.
Ada yang beruntung, beruntung oleh karena tepat
menentukan unit analisisnya, sehingga tidak ada satu hambatan bagi dirinya
dalam menyelesaikan penelitian akhir, dan tidak harus mengeluarkan banyak biaya
lagi untuk melanjutkannya, kecuali lelah saja dengan berbagai macam aturan yang
harus dilaluinya. Walaupun tidak beruntung dari segi waktu, yakinlah akan
beruntung pada ketajaman penelitiannya, disaat masukan-masukan dari para
profesor penguji mempertajam unit analisisnya.
Belajarlah
pada danau Gintung yang rela menyimpan banyak air hanya untuk mendatangkan
manfaat bagi manusia. Dan dengan itu jadilah pribadi yang memiliki ilmu
pengetahuan luas dengan unit analisis yang tajam, sehingga ide, pikiran, dan
tindakan mendatangkan kebaikan bagi semua orang. Tidak hanya bagi manusia, juga
dapat dinikmati oleh alam semesta dan segala isinya. Sebagaimana danau Gintung telah
menyuguhkan banyak manfaat dan jutaan keindahan bagi makhluk yang menitarinya. Tulisan singkat ini ditulis sambil berjalan kaki menelusuri
sepanjang rute Situ Gintung.
Ciputat, 28 Juli 2021.....
Komentar
Posting Komentar