Audio Visual Dan Tauladan Yang Hilang
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya, “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu
membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir” (Al-Baqarah Ayat 44).
Abad milenium telah diprediksikan dalam dunia pendidikan,
bahwa proses belajar mengajar sudah didominasi oleh mesin digital. Hari ini, proses pembelajaran direkam dalam bentuk suara dan video.
Audio dan visual hadir dalam bentuk gambar elektronik yang bergerak. Baik
direkam melalui kamera kusus maupun kamera dalam bentuk ponsel genggam.
Setiap
orang dengan mudah memvideokan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan,
bahkan pelajar sendiripun bisa merekam baik dalam bentuk suara maupun dalam
bentuk rekaman video ketika proses belajar berlangsung. Penyampaian ilmu yang
disampaikan dalam kurun waktu tertentu bisa dilihat kembali dikemudian hari
secara berulang-ulang. Sudah dieranya sa'at ini ilmu tidak lagi disimpan dalam
bentuk tulisan, melainkan sudah direkam dalam bentuk audio visual.
Seorang penceramah bisa menyampaikan dakwahnya dari ruang
mesjid yang kecil menuju pada ruang pablik yang besar, dan ditonton oleh jutaan
orang lewat channel youtube pribadi maupun channel perusahaan telekomunikasi. Ada yang dilakukan langsung bersama dengan televisi udara yang
disampaikan lewat frekuensi visual dengan kecepatan menyampaikan gambar secepat
gerak cahaya, sehingga apa yang sedang berlangsung ditempat yang jauh bisa
ditransfer ke daerah terpencil lewat pesan aidio visual pertelevisian.
Ilmu
dalam berbagai klasifikasi disampaikan lewat audio visual secara
berulang-ulang. Apapun masalah yang sedang terjadi di alam ini sudah terjawab
dan tersimpan jawabannya di dalam pita audio visual. Setiap kita bisa
mendownloadnya kembali tentang tema dan pokok bahasan yang sedang dibutuhkan
oleh sekelompok orang dan umat manusia untuk membantu menjawab persoalan
kekinian yang sedang dihadapi dan dibutuhkan oleh sekelompok orang tertentu.
Kedudukan
ilmu dalam Islam sifatnya tidaklah dikotomi. Memisahkan antara ilmu agama dan
ilmu umum dalam memahami fenomena dunia telah meletakkan Islam dalam posisi
absensi omnipressent. Kedudukan ilmu dalam Islam hannya berbeda dalam bentuk
sifat wajibnya bukan kedudukannya.
Pertama,
ilmu dalam bentuk sifat wajib 'ain atau disebut juga dengan fardhu ‘ain. Ilmu ini wajib dipelajari per individu oleh Umat Islam.
Mulai dari ilmu bagaimana mengenal Tuhan, yang diatur dalam struktur ilmu
tauhid dan turunan ilmu lainnya, dan juga ilmu yang menyangkut dengan bagaimana
proses mengenal Tuhan, tata cara beribadah kepadaNya, serta memperkenalkan
wujud ilahiyah dalam bentuk kauniyah dan menjadikan agama sebagai instrumen
ilahiyah untuk memahami dunia. Dalam sejarah perkembangan ilmu yang menyangkut
dengan keagamaan tentunya sudah banyak hadir berbagai disiplin ilmu yang hari
ini dengan sangat mudah kita temukan di halaman media sosial, baik dalam bentuk
file, rekaman suara, maupun dalam bentuk rekamna audio visual yang bisa dilihat
lewat tulisan di dalam kitab, buku, article, google, televisi dan youtube.
Kedua, ilmu dalam
bentuk sifat wajib kifayah atau disebut juga fardhu kifayah. Fardhu kifayah ilmu meliputi ilmu yang menyangkut dengan
keduniaan. Di sini Nabi Muhammad saw. Bersabda "antum a'lamu bi umri
dunyakum" kamu sekalian lebih tahu tentang utusan duniamu. Tidak semua
dari kita wajib mempelajari ilmu yang bentuk sifatnya fardhu kifayah, cukup
sekelompok orang saja dalam kelompok yang beragam profesi untuk mempelajari
pengetahuan tersebut sehingga menjadi ahli yang bermacam corak, tentunya ahli
yang posisinya menjadi perisai untuk menyelesaikan masalah kekinian umat. Ada
yang harus menjadi politisi, dokter, tehnokrat, birokrat, pengusaha, ahli
ekonomi, ahli militer, ahli strategi, ahli pertanian, dan ahli-ahli lainnya.
Apa
yang harus dilakukan dengan serius oleh penyampai ilmu hari ini. Apakah masih
fokus pada penyampaian ilmu yang mana hal tersebut sudah dilakukan dalam
berbagai bentuk tulisan, bacaan, dan ceramah-ceramah, yang mana sangat mudah
didapatkan oleh para penuntut ilmu dan umat hari ini, sebagaimana yang telah
saya sebutkan di atas.
Tentunya
penyampaian materi juga masih penting untuk dipertajam. Akan tetapi fokus
kerjanya bukanlah pada tataran penyampaian ilmu yang mesti diutamakan.
Melainkan tatanan nilai yang perlu di kuatkan oleh para penyampai ilmu. Adab
tidak pernah diberikan contoh oleh mesin penyampai ilmu, etika real dalam kehidupan
yang tertuang dari berbagai aspek masalah dalam kehidupan tidak pernah
diberikan contoh oleh video yang mentransfer ilmu pengetahuan, akhlakh yang
mentauladani tidak pernah dipertontonkan oleh penyampai ilmu lewat audio
visual.
Penyampai ilmu ilmu di laman media sosial hannya
menyampaikan ilmu dalam bentuk suara saja dan tidak pernah memberi contoh
tauladan yang nyata dari setiap apa yang disampaikannya oleh dirinya sendir
sehingga jutaan orang yang menonton penyampaiannya melihat nyata prilaku real
kehidupannya sehari-hari. Jangankan
mengenal orangnya lebih jauh, pagar dan pintu rumahnya saja kita tidak tahu di
mana.
Para penyampai ilmu, perkuatkan dan dominasikan contoh
tauladan yang nyata ketika engkau menjadi pendidik dalam sebuah lembaga pendidikan
atau dalam sebuah komunitas umat yang besar, semampu yang bisa dilakukan. Sebab jika hannya sekedar berkata tanpa memberi contoh tauladan
yang nyata, kenyataan ini sudah bisa dilihat, dibaca, dan didengar pada
laman-laman media sosial. Lalu kemudian apa bedanya anjing dengan manusia
" anjing hannya bisa menggonggong dan menjulur-julurkan lidahnya
saja". Anjing tidak tahu bagaimana caranya memberikan sebuah tauladan dari
gonggongannya.
Komentar
Posting Komentar