Investasi Terbesar adalah Membangun Kasih Sayang
Berjalannya kehidupan di bumi karena investasi orang-orang terdahulu. Kasih sayang adalah ajaran tertinggi dalam islam, dan penganut agama yang lain pun juga demikian. Kasih sayang adalah ajaran tertua dalam sejarah manusia. Adam dan Hawa adalah simbol kasih sayang dalam sejarah kehidupan manusia. Sehingga, tempat pertemuan Adam dan Hawa di bumi diabadikan, “Jabal Rahmah”.
Kekayaan, kesuksesan, dan
kasih sayang adalah harapan semua orang untuk memilikinya. Kekayaan
menyempurnakan hidup atas kepemilikan, kesuksesan menunjukkan atas pencapaian
sesuatu yang digambarkan dalam bentuk kemakmuran atau ketenaran, sementara
kasih sayang adalah ketentraman
yang dirasakan
dalam berbagai moment.
Manusia memiliki banyak
celah untuk mendapatkan kekayaan, ini dibuktikan cukup banyak orang-orang yang
hidup berkecukupan di dunia; rumah mewah, mobil megah, aset di mana-mana, usaha
berjalan diberbagai tempat, dan bentuk-bentuk lainnya. Begitu juga dengan
kesuksesan, sangat mudah ditemukan dalam kehidupan ini orang-orang yang
mencapai apa yang direncanakan olehnya. Tetapi, sangat langka melihat kasih
sayang dalam kehidupan ini.
Gaseh ka u blang sayang ka
u gle, ungkapan ini menandakan
hilangnya kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari. Rasa kasih menjadi barang
mahal bagi manusia, dan rasa sayang menjadi barang langka dalam kehidupan.
Individualisme kehidupan yang tumbuh dari kapitalisme ekonomi membawa kekayaan
dan kesuksesan menjadi raja baru dalam berbagai wilayah kehidupan, termasuk
dalam wilayah politik, hukum, dan keadialan.
Hukum sebagai panglima
bisa jadi prajurit ketika berhadapan dengan kekayaan. Keadilan akan menajam ke
bawah dan tumpul ke atas dikala berhadapan dengan kesuksesan. Orang-orang yang
menguasai banyak materi, orang-orang sukses memiliki banyak relasi, pada bertemu
keinginan untuk menginginkan kekayaan dan kesuksesan maka kasih sayang akan hilang
dengan sendirinya. Akhirnya, panggung kehidupan hanya dimiliki oleh orang-orang
yang memiliki kekayaan dan yang memperoleh kesuksesan.
Ajaran tertinggi dalam
Islam adalah kasih sayang. Dan ini adalah sifat utama bagi Tuhan ketika Tuhan
memahami makhluk ciptaannya. Sifat ar-Rahman dan ar-Rahim
tersebut pada urutan pertama dalam asmaul al-husna. Sifat ini bukan hanya
sekedar sifat, tetapi diwujudkan Tuhan dalam kehidupan makhluk. Setelah Tuhan
menciptakan manusia, makhluk tidak dibiarkan terlepas begitu saja, melainkan
Tuhan mendidiknya dengan baik.
Kata “rabbi” yang melekat
pada diri Tuhan berfungsi untuk mengajarkan banyak hal pada makhluk, terutama
manusia. Manusia yang diberikan kelebihan akal mendidik dirinya menuju
kesempurnaan dalam bentuk kasih sayang. Berkasih-kasihlah di antara manusia,
dan menebar sayanglah pada setiap makhluk agar pendidikan Tuhan dapat tersebar
di muka bumi.
Manusai dengan akalnya
dapat dengan mudah menerima pendidikan dari Tuhan. Dengan itulah, lahirnya
lembaga pendidikan di bumi. Tujuan berdirinya lembaga pendidikan bukan hanya
untuk mengajarkan ilmu dalam berbagai bidang, tetapi menanamkan pemahaman bahwa
dengan ilmu yang dimiliki manusia dapat dengan mudah menerapkan kasih sayang di
muka bumi.
Pendidikan pada dasarnya
adalah kata yang diambil dari unsur ketuhanan. Kata “rabbi” dalam perubahannya
menjadi kata “tarbiyyah”. Kata inilah yang kemudian dijadikan sebagai nama
Fakultas Tarbiyyah di seluruh Perguruan Tinggi Islam. Dimulai dari Tarbiyyatul
Ula, Tarbiyyatul Tsani, hingga Tarbiyyatul A’la. Jenjang pendidikan sebuah
upaya memahami ilmu secara metodelogis dan sistematis.
Ilmu pengetahuan merupakan
pembentukan akal dalam diri manusia. Semakin banyak pengetahuannya maka semakin
terisi akalnya. Pendidikan yang sifatnya sistematis dan bermetodologis hanya
diajarkan di Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun non-formal. Adapun ilmu pengetahuan
dapat diperoleh dari berbagai tempat dan momen. Ilmu bisa didapatkan dari pengalaman hidup seseorang, nasehat kebijakan,
diskusi, dan petuah-petuah dari pendahulu.
Sepanjang manusia masih menggunakan akalnya
maka sejauh itu pula ilmu pengetahuan terus berkembang. Berbeda dengan kasih sayang,
tidak terjamin ia akan terus hinggap dalam diri manusia jika ilmu yang dimiliki
tidak mampu membangun rasa yang kuat. Kasih sayang adalah milik Tuhan, jika
manusia menjauhkan dirinya dari Tuhan maka menjauhlah kasih di tengah-tengah
kehidupan.
Investasi terbaik dalam hidup ini adalah menanamkan
kasih kepada manusia dan menebarkan sayang pada makhluk di bumi. Bukan kecerdasan
yang sering hilang dalam hidup ini, tetapi yang rentan tiada adalah rasa
menyayangi. Terkadang mudah bagi seseorang memberi sesuatu tapi tidak untuk
kebahagiaan. Materi dapat dimiliki oleh siapa pun tidak untuk kebahagiaan. Sebagian
orang tidak mudah untuk mendapatkan banyak materi tetapi mudah baginya mendapatkan
kebahagiaan.
Dunia ini akan baik jika dihuni oleh
orang-orang yang mampu mendesain kebahagiaan. Semangat memberi pada sebagian
orang bukan karena ia memilik banyak hal, melainkan karena ia ingin mengantarkan
kebahagiaan pada orang lain. Dan ini sering salah dipahami oleh banyak orang,
menganggap orang yang murah hati karena memiliki banyak materi, bukan dipahami karena
ingin menebar kasih. Tebaran kebaikan yang diperoleh seseorang tidak dipahami
sebagai investasi dalam kehidupan.
Pepatah “apa yang ditanam itu yang akan dituai”
itu benar. Tetapi sering salah saat dipahami. Kebaikan yang diberikan merupakan
investasi bagi seseorang bahwa kebaikan itu akan kembali kepadanya jua. Kembali
di sini bukan dipahami didapatkan dari orang lain, tetapi harus dibalas oleh
orang yang sama. Dan bisa juga kebaikan yang sama diperoleh dari orang lain. Tanpa
disadari oleh diri masing-masing, kebaikan yang diperoleh hari ini adalah
investasi orang-orang sebelumnya yang teriakat pertalia darah, seketurunan.
Kekayaan dan kesuksesan selalu berjalan dengan
kasih sayang. Kebahagiaan adalah kunci kesuksesan seseorang, dan sukses akan membawa
kekayaan. Tiga serangkaian ini jangan dibalik, menunggu kaya dulu dan mencapai
kesuksesan terlebih dahulu baru dikira bahagia akan didapat. Menggapai kebahagiaan
itu simple, menerima dengan baik atas apa yang diperoleh itulah kebahagiaan.
Berkasih dan bersayang tidaklah dipahami
menoton, melainkan harus diciptakan. Konsep mawaddah bukan seketika memperoleh
bahagia tetapi bahagia yang diciptakan. Sebagaimana
kaya dan sukses harus diusahakan, maka begitu juga dengan kebahagiaan, ia harus
diciptakan. Untuk mencapai kekayaan dan kesuksesan digapai dengan bersusah
payah, kebahagiaan juga demikian, ia harus diupayakan. Kasih sayang adalah
sebuah upaya, bukan daya yang datang sendiri.
Orang-orang yang duduk sifat kasih dalam
dirinya lahir dari upaya membersihkan hati. Maka bersihkanlah hati itu dengan mendekatkan
diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Artinya, sumber kasih sayang adalah Tuhan itu sendiri.
Upaya pertama adalah dekatkan hati dengan pemilik kasih itu sendiri. Tebarlah kasih
di bumi, langit akan mencurahkan sayangnya. Ini adalah perintah. Dari perintah
ini harus dipahami bahwa kebahagiaan harus diciptakan. Manusia dengan akalnya dituntut untuk menciptakan
kebahagiaan di bumi sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Desain kasih sayang wadahnya adalah dengan berbuat
baik, terutama sekali pada orang-orang yang dekat (qarib). Islam menganjurkan
bahwa ada tiga kelompok yang memiliki hak yang berbeda-beda. Tetangga yang
berbeda agama memiliki satu hak kasih dari tetangganya; yakni kasih sebagai
tetangga. Tetangga seagama memiliki dua hak kasih atasnya; yakni kasih sebagai
tetangga dan kasih sebagai saudara seagama. Sementara tetangga yang memiliki
tiga hak kasih adalah di samping sebagai tetangga, seagama, dan juga sedarah. Maka,
jangan pernah menurunkan hak atas saudara sedarah.
Menebar kasih tidak hanya berlaku pada satu
masalah saja, tetapi harus dibangun pada berbagai moment. Hak sebagai pekerja
yang dibebankan pekerjaan adalah mendapat upah yang setimpal dari apa yang
dikerjakan. Hak sebagai pekerja seringa diabaikan dalam kehidupan. Bayarlah upah
kepada orang lain yang diberi tugas mengerjakan sesuatu sebelum keringatnya
kering.
Fokusnya bukanlah pada keringat, keringat hanya
sebagai kiasan saja. Artinya, ada kejelasan dari keduanya, antara yang bekerja
dengan tempat seseorang bekerja atau pada pekerjaan-pekerjaan yang dibebankan. Bukan
hanya berharap pekerjaannya diselesaikan akan tetapi perhatian pada orang yang
melakukan pekerjaan tersebut diabaikan. Semua wilayah harus disalurkan
berdasarkan kasih sayang.
Menghargai jerih payah orang lain juga jangan
dipahami sebagai transaksi semata, melainkan juga karena adanya kasih sayang
antara kedua belah pihak. Pada saat kedua pihak menghidupkan semangat kasih
sayang maka tidak akan adalagi yang terluka dari transaksi tersebut. Sebagai pekerja
ia akan menyelesaikan tugasnya dengan baik, sebagai pemilik pekerjaan akan
memperoleh hasil yang memuaskan sebagaimana diharapkan. Di situlah hakikat dari
keberkahan langit turun ke bumi. Itulah maknanya, kasihanilah makhluk di bumi
maka apa yang ada dilangit akan mencurahkan rahmatnya.
Berkasihlah berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,
menyayangilah dengan semangat persaudaraan. Sebab, kebaikan yang ditoreh di
bumi dalam wilayah mana pun merupakan investasi terbesar dalam kehidupan dunia.
Bukan hanya untuk dunia saja melainkan juga untuk akhirat. Kebaikan-kebaikan
yang ditoreh di bumi mempererat hubungan antar sesama, dan juga mengetuk pintu
menuju akhirat.
Hanya karena adanya rasa kasih manusia memiliki
tempat yang baik di dunia, dan dengan adanya rasa sayang nilai-nilai ketuhanan
tersebar di muka bumi. Tebarlah kasih dan tanamkan rasa menyayangi. Kasih bukan
tuwai rugi, sayang bukanlah tuwai benci. Karena, antara kasih dan sayang terwujudlah
keharmonisan. Kasih sayang adalah investasi terbesar bagi manusia baik untuk dunia
maupun untuk akhirat. Karena itulah manusia setiap mengawali suatu pekerjaan diperintahkan
membaca kalimat agung, “dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang”.
Jakarta, 26 Agustus 2024
Komentar
Posting Komentar