ALAM KUBUR ADALAH RAGAMU SENDIRI
Tuhan meniup ruh dalam jiwa manusia semenjak ia berada di dalam kandungan. Sebelum ruh ditiup, terlebih dahulu pengakuan terhadap Tuhan dipersoalkan “alastu birabbikum; qaalu bala”. Apakah Aku ini Tuhan mu, ruh pun menjawab dengan pengakuan seutuhnya bahwa hanya ada satu Tuhan. Pada tahapan ini setiap hamba memiliki keputusan yang sama sedari awal apa pun keyakinan yang dianut adalah sama; yakni percaya pada satu Tuhan (monotistik).
Universalitas manusia dipertemukan pada keyakinan yang satu. Namun, dalam perjalanannya psikis manusia diganggu oleh lingkungan yang mengitarinya. Jika saja ia terlahir dari keturunan muslim maka ia menjadi muslim, jika lahir dari keturunan Kristen maka ia menjadi Kristen, jika ia terlahir dari keturunan yang beragama Hindu maka ia menjadi Hindu, jika ia terlahir dari keluarga Budha maka ia menjadi penganut agama Budha. Begitulah seterusnya manusia membawa dan dipengaruhi keyakinannya berdasarkan agama pendahulu.
Tuhan memberi pengetahuan kepada manusia sesuai dengan perangkat zamannya dengan segala metode yang dianut. Terkadang ilmu yang dulunya dianggap baik berubahnya zamannya teori lama dianggap telah usang. Apa pun boleh diketahui oleh manusia, namun berbeda dengan ruh ia menjadi rahasia. Rahasia ruh bukan berarti sama sekali asing melainkan manusia hanya diberi informasi dari gejala-gejala yang muncul dari keberadaan ruh itu sendiri.
Ruh telah merubah status manusia; dikala ruh menyatu dengan raga disebut manusia, tetapi ketika ruh terpisah dari raga maka ia disebut dengan mayyit. Begitu besar peranan ruh pada manusia, dengan ruh manusia bisa hidup dengan ruh pula manusia bisa mati. ini bermakna bahwa ruh adalah central aktifitas manusia. Dari titik inilah bermula manusia dipersoalkan atas perannya di dunia. Jika aktifitas raganya baik maka ruh tetap suci, namun apabila raga melakukan sesuatu yang dilarang maka ia ternoda. Dari sini, keberadaan ruh menjadi serba salah saat ia menjadi perisai hidup dan matinya seorang hamba.
Sepanjang peran manusia, ruh adalah keberadaan yang sangat rahasia, jika manusia memiliki nyawa lalu apa pula yang menghidupkan ruh itu sendiri. Mempersoalkan ruh dengan menggunakan ilmu apa pun tetap saja buntu, sebab ia bukan untuk dipelajari tetapi untuk diresapi. Peranan ruh sangatlah penting, tetapi informasi tentang ruh menjadi tidak penting dipersoalkan oleh manusia kecuali sedikit saja.
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “ruh itu urusan Tuhan ku, sedangkan kamu hanya diberi pengetahuan hanya sedikit”. Q. S. Al-Israa’/017: 85.
Ahli tasawuf dan filsafat mencoba melakukan pengkajian dan penelitian tentang ruh berdasarkan metode dan penyingkapan dari bidang yang berbeda-beda; baik berdasarkan Alquran maupun Sunnah, dengan tujuan membangun suatu pengetahuan untuk meluruskan pikiran-pikiran supaya ide-ide tentang ruh berdasarkan literatur yang ada tidak bertentangan dengan tuntunan Islam.
Salah satu intelektual muslim yang mengkaji tentang ruh adalah ibn Qayyum. Ibnu Qayyum beranggapan bahwa sumber kehidupan manusia didasari dari keberadaan ruh itu sendiri yang memberi kehidupan bagi jasad. Dari pencahayaan ruh inilah muncul kehendak untuk bergerak serta merasai. Ruh bersifat rahasia dan menjadi urusan Tuhan bukan berarti manusia tidak diberi kemampuan untuk menelaahnya. Walaupun demikian, tetap saja manusia hanya diberi pengetahuan yang sedikit. Sejauh apa pun ilmu pengetahuan manusia dan sebanyak apa pun gelar akademiknya manusia tetap saja berada pada limit illa qalila. Wama utitum minal ‘ilmi illa qalil (tidaklah diberi pemahaman kecuali sedikit saja).
Ibnu Qayyim memandang realitas ruh fungsinya dapat dilihat ketika berada dalam jasad. Dimulainya aktifitas ruh diawali saat ruh bersemayam di dalam jasad. Dikala eksistensi ruh bergerak di dalam jasad saat itulah ruh berkompetisi dengan adanya jiwa. Jiwa dan ruh seperti tidak dapat dipisahkan tetapi memiliki sifat yang berbeda. Perbedaan keduanya dapat dilihat dari orientasinya, ruh bergerak menuju Tuhan sedangkan jasad lebih cenderung pada persoalan dunia. Jiwa menurunkan tabiat manusia yang selalu dalam kecendrungan pada dua penyesuaian yang mana adaptasinya bersifat ruhaniah dan juga jasadiyah atau keduniawian.
Ruh sebelum ditiupkan dalam raga anak Adam adalah bagian dari unsur-unsur ketuhanan yang merdeka dari segala hal dan notabenenya adalah suci, lalu ia terpenjara dalam raga manusia. Raga manusia ibarat kuburan bagi ruh, kuburan yang setiap saat menyiksa ruh dengan segala keburukan yang dilakukan raga dalam aktifitas keduniaan.
Oleh karena adanya penyatuan antara ruh dan raga maka disebut dengan manusia. Manusia yang juga sepadan katanya dengan nasa-nasiya-naas bermakna lupa. Secantik apa pun dan setampan apa pun ragamu ia tetap saja kuburan bagi ruh, maka sucikanlah ruh itu setiap saat di alam kuburnya dengan selalu melakukan sesuatu yang baik bagi keduanya yakni ruh dan jasad.
Artinya, ruh yang awalnya suci ketika terkubur dalam raga ia kebingungan sendiri dan lupa-lupa ingat akan dirinya, sebab raga rentan kotor dikarenakan raga bersentuhan langsung dengan dunia. Dunia dengan segala sentuhan menggiring manusia mengikuti hawa nafsunya. Dengan demikian, bukan berarti ruhaniah manusia tidak memiliki hak atas dunia, melainkan ia hadir sebagai penyeimbang antara hak dan bathil.
Dunia adalah arena pertarungan yang tiada hentinya. Halal, haram, curang, dhalim selalu dipertunjukkan oleh masing-masing raga, kacuali raga yang menyadari bahwa ruh adalah titipan amanah dari Tuhan sehingga raga menutup siksa atas ruh dari perbuatan yang tercela. Beruntunglah ruh yang dikuburkan pada raga yang selalu membersihkan dirinya.
Ruh terkubur dalam raga. Kuburan yang disebut raga harus kita sadari memiliki limit waktu yang terbatas. Tiba saatnya ruh keluar dari kuburnya. Kejadian ini dalam bahasa kita adalah kematian. Padahal sebenarnya di situlah awalnya bangkit ruh dari kuburnya. Alangkah bahagianya ruh saat keluar dari tempat di mana ia disiksa selama hayat manusia jika selama terkubur dalam raga ia tidak pernah dikotori. Alangkah ruginya ruh setelah ia keluar dari kubur/raga manusia, ruh berlumuran dosa serta penuh keburukan. Bangkit dari kubur dunia ia masuk kubur barzakh. Tersiksa di dunia tersiksa pula di alam barzakh dan tersiksa pula di akhirat jika barometer dari tindakan raga tidak berorientasi penyucian terhadap ruh itu sendiri.
Hukuman bagi ruh sebab petugas-petugas kuburan ceroboh mengubur ruh dalam raganya. Petugas-petugas kubur adalah anggota badan kita yang selalu merespon rasa sakit saat disentuh. Artinya, di mana ada rasa sakit maka di situlah ruh duduk, jika tidak adanya rasa sakit seperti rambut, kuku, dan yang lainnya maka aliran ruh tidaklah bekerja. Rambut dan kuku tidak pernah merasa sakit saat dipotong. Terkadang manusia mampu menjaga lidahnya, tetapi tidak mampu menjaga tindakannya. Mulutnya mampu menjaga perasaan orang lain, tetapi dalam tindakan dan perbuatannya tidak.
Salah satu tindakan yang yang dapat menyucikan ruh adalah dengan menahan kehendak-kehendak dunia. Menahan diri dari kehendak dunia adalah dengan cara mempuasakan raga. Dengan berpuasa kita akan membawa fujur raga di jalan taqwa. Puasa adalah titik pertemuan antar kuburan ruh di dunia. Puasa telah membawa kesucian ruh orang-orang terdahulu, dan puasa juga akan menyelamatkan orang-orang masa sekarang dan yang akan datang.
Bertemunya satu titik utama dari puasa ada pada "kesabaran". Puasa aktifitas raga yang mendidika jiwa. Artinya, raga sebagai wujud kuburan dunia dengan ibadah puasa dapat memandikan ruh sehingga ia suci kembali dari busuknya kuburan dunia yang terbuat dari unsur tanah yang telah menyandra ruh serta menyiksanya.
Wahai kuburan yang busuk, lepaskanlah penyiksaan terhadap ruh dengan tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar. Jiwa manusia akan merasa tenang jika raga melakukan hal-hal yang baik atau amalan yang disukai oleh pemilik ruh (Tuhan). Dan jiwa manusia juga akan gelisah, kacau, rusak, bahkan remuk jika raga melakukan sesuatu yang buruk dari perbuatan yang dilarang oleh pemilik ruh.
Oleh karena itu, sucikanlah kuburan ruh dari hal-hal yang haram, keji, dan mungkar agar saat ruh bangkit dari kuburnya (tiba ajalnya, maut) tidak membawa siksa yang baru di alam barzakh dan akhirat. Dengan berpuasa semoga raga sempurna membersihkan ruh dalam kuburnya. Masihkah engkau percaya dengan ragamu. Jika dunia adalah wadah yang menipu lalu kenapa engkau membiarkan ruh mu tenggelam dalam permainan yang tiada berujung kebahagiaan.
Jakarta, 29 Mei 2023
Komentar
Posting Komentar